Hidup itu ada vertikal dan horizontal, ada Habluminallah dan Habluminannas," kata Vicky membuka komentarnya. "Habluminallah, bagaimana hubungan kita dengan sang Khalik Allah SWT sang maha Bengkalis PRC - Islam mengajarkan keseimbangan. Artinya, meski kita hidup di dunia hanya sementara, dan kehidupan di dunia hanyalah jembatan menuju kehidupan akhirat yang kekal, akan tetapi Islam sama sekali tidak menafikan kebutuhan duniawi kita. Oleh karena itu, dalam Islam dikenal istilah Hablumminallah dan Hablumminannaas, yaitu hubungan vertikal antara manusia dengan Allah sang Pencipta, dan hubungan horizontal antara manusia dengan sesamanya. Pada dasarnya, Hablumminallah maupun Hablumminannaas bukanlah hal yang terpisah, justru keduanya memiliki hubungan saling mempengaruhi dan menjelaskan. Maksudnya adalah ketika hubungan kita dengan Allah sedang baik, intens, dekat, hal itu pasti akan berefek pada hablumminannas kita. Tiba-tiba saja ada orang yang membantu kita menyelesaikan permasalahan yang pelik, hubungan kita dengan keluarga semakin lebih baik, hubungan dengan teman-teman jadi tambah asyik, pokoknya banyak terjadi hal yang seolah magic. Begitu pula sebaliknya, ketika Hablumminallah kita buruk, biasanya akan mempengaruhi hubungan kita dengan sesama manusia, entah itu orang tua kita, sahabat, teman sekelas, teman sekerja, tetangga, bahkan hubungan dengan orang yang tidak kita kenal pun bisa ikut-ikutan buruk! Tiba-tiba saja ada yang mencuri HP kita, atau aib yang selama ini kita tutup-tutupi terbongkar, bahkan hal yang seharusnya tidak jadi masalah malah jadi masalah besar, pokoknya hari-hari terasa susah dan tambah gerah. Hal ini memberikan arti bahwa Hablumminallah mempengaruhi Hablumminannaas. Demikian juga, hubungan kita dengan sesama manusia dapat menjelaskan keadaan hubungan kita dengan Allah. Artinya, ketika kita merasa hubungan dengan keluarga lagi jelek, hubungan dengan rekan sekerja atau teman sekelas juga begitu, tiap kita bicara selalu ada yang keliru, rasanya seluruh dunia menjadi musuh. Bisa jadi... hal tersebut merupakan alarm peringatan bahwa Hablumminallah kita sedang dalam kondisi yang harus segera diperbaiki! Hablumminallah Bagus, Tapi Kok... Pernahkah merasa begini Hablumminallah saya bagus kok, saya shalat tepat waktu, lima kali sehari plus shalat sunah, saya puasa Senin-Kamis, malah kadang puasa Dawud sehari puasa, sehari tidak, ngaji rutin, tapi kok saya tetap bermasalah, hubungan saya sama orang lain tetap buruk. Namanya manusia, kadang bisa menilai diri sendiri lebih tinggi dari yang sebenarnya. Istilah tepatnya Kege-eran! Nah, jangan sampai kita keseringan merasa ge-er. Mentang-mentang dipanggil Ustad, Ustadzah, guru ngaji, sering ngisi taklim ini-itu, hapal berpuluh-puluh juz, atau bolak-balik Mekah tiap tahun, kita jadi menilai hablumminallahkita sudah oke. Jadi kita merasa berhak men-cap Allah tak adil ketika kita ditimpa masalah, ketika hubungan kita dengan sesama manusia memburuk. Oh... tidak! Jangan-jangan ketika shalat, badan kita saja yang lagi "senam", mulut komat-kamit, tapi sesungguhnya hati kita bahkan tidak sadar sedang mengucap apa, persis seperti robot otomatis, baca al-Fatihah dan surat pendek selayaknya hapalan lagu Indonesia Raya, atau mungkin lebih parah. Ketika kita puasa, perut saja yang bisa menahan diri dari makanan, sedangkan lidah masih asyik berdusta, mata masih nyalang memperturutkan nafsu, atau hati berniat puasa untuk sekedar pamer kealiman, atau juga... kita berpuasa karena memang tidak punya uang cukup, jadi puasa supaya berhemat. Sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui. Wah! Atau jangan-jangan... ketika kita beribadah haji, semata-mata dilakukan agar orang-orang tahu kekayaan kita, juga supaya lebih disegani, atau untuk menggugurkan kewajiban naik haji sekali seumur hidup, jika demikian... itu berarti ibadah-ibadah yang kita lakukan hanya untuk membuat diri kita lega saja, bukan benar-benar untuk melaksanakan hablumminallah, tetapi hanya untuk melepaskan beban "wajib". Jadi jangan protes ketika Allah menegur kita lewat manusia lain. Misalnya, ketika kita bicara tidak didengar atau diremehkan oleh orang lain, ketika kita menasehati tidak digubris, ketika meminta tolong tidak dibantu, kita tidak memiliki power terhadap manusia lain. Bisa jadi itu merupakan indikasi adanya sesuatu yang salah dengan ibadah kita belakangan ini. Hubungan kita dengan Allah tidak terjaga. Mungkin kita memakan makanan haram, menggunakan uang dari cara tidak halal, atau melakukan hal yang dilarang oleh Allah, seperti berdusta, berzina, memfitnah, mengkhianati amanah, membangkang pada orangtua, dan lain sebagainya. Hablumminannaas-nya Oke, Padahal Hablumminallah Buruk. Kok Bisa? Hablumminallah saya kayaknya standar, biasa aja, shalat kalau ingat, puasa kalau kuat, tapi hubungan saya sama lingkungan sekitar baik-baik aja tuh! Hablumminannaas saya oke. Sekali lagi, namanya manusia... sering salah menilai, atau istilah pas-nya Tertipu! Makanya hati-hati, jangan sampai kita tertipu! Kita merasa hablumminallah tidak penting-penting amat, karena toh tidak berefek pada hidup sehari-hari, buktinya... hubungan dengan teman-teman tetap mulus, lancar, begitu pula hubungan dengan keluarga, oke-oke saja tuh tanpa masalah, meskipun shalat bolong, baca Quran masih mengeja, yang penting hati baik, lisan kita baik, maka hidup di dunia ini jadi baik juga. Benarkah demikian? Pandangan seperti inilah yang mengkhawatirkan, kita tertipu dengan hablumminannaas yang terlihat oke, sehingga kita lupa bahwa sesungguhnya dari seluruh amalan yang kita lakukan di dunia ini, pertama kali yang akan ditanyakan di padang mahsyar kelak adalah perkara mengenai shalat. Bukan mengenai berapa banyak uang yang disumbangkan untuk amal jariyah, seberapa terkenalnya kita sebagai orang baik hati di jagad raya, melainkan mengenai shalat wajib yang kita lakukan. Apabila shalat wajib tidak mencukupi, bisa ditambal sulam oleh shalat sunah yang kita kerjakan. Lalu, kalau ternyata shalat wajib kita alpa, boro-boro dilakukan... tiap mendengar adzan saja selalu diacuhkan! Kalau begitu bisa-bisa "kebaikan hati" kita kepada semua manusia selama ini juga tidak dapat diterima, karena ternyata ujian saringan awal saja kita tidak lulus. Shalat yang merupakan perkara Hablumminallah adalah syarat mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar. So, Mana yang Lebih Prioritas? Hablumminallah Dulu, Baru Hablumminannaas! Kita tetap harus memprioritaskan hablumminallah sebelum hablumminannaas. Dalam hal ini, kita bisa melihat dari seruan al-Quran yang selalu mengedepankan "Dirikan shalat!" baru kemudian "Tunaikan zakat!" bukan sebaliknya. Artinya, seberapa pun sibuknya aktivitas sosialmu, jikalau waktu shalat sudah tiba, kedepankanlah shalat. Jangan dengan dalih... ah, saya kan lagi melakukan kebaikan juga, akhirnya shalat kita malah terlalaikan. Namun jangan terjebak menjadikan shalat sebagai aktivitas ritual belaka, yang dilaksanakan karena wajib, bukan karena kesadaran penuh. Kualitas shalat kita ini bisa teruji dari kualitas hubungan sosial kita dengan sesama manusia, seperti yang telah kita bahas di atas. Bahkan, kita mustinya mempelajari shalat lebih dalam dan lebih maknawi dengan membaca buku-buku yang mengupas khusus tentang shalat. Jangan puas sekedar menghapal bacaan dan tata cara shalat, karena perkara shalat bukan masalah sepele. Bayangkan... demi untuk memerintahkan shalat 5 waktu, nabi Muhammad Saw. sampai langsung diutus ke Sidratul Muntaha, menghadap Allah ke langit ketujuh! Bukan main... So, cek kondisi hubungan vertikal kita pada Allah manakala kita merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan hablumminannaas kita! Mudah-mudahan Allah mengampuni kege-eran kita yang merasa hubungan kita dengan-Nya dekat. 2. Hablumminannaas Penting Sebagai Indikator Coba perhatikan bunyi kesaksian kita syahadat! Bukankah harus terdiri dari dua kalimat? Jika kurang satu maka syahadat kita tidak diterima. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Itulah yang tertulis di atas pintu syurga, sebagai syarat memasuki gerbangnya. Lalu, apa sebenarnya peran nabi Muhammad Saw.? Yap, tentu saja sebagai penyempurna akhlak manusia. Baik akhlak kepada Allah, maupun akhlak kepada sesamanya. Kalau begitu jelaslah bahwa hanya menjaga hubungan dengan Allah saja tidak cukup, misalnya dengan bersemedi, bertapa di goa-goa, berpuasa 40 hari dan mengungsi ke atas gunung, terus-terusan shalat dan puasa. Bukan itu yang diminta oleh ajaran agama! Rasulullah Muhammad Saw. merupakan contoh terbaik bagaimana seharusnya kita berhubungan dengan manusia, dengan suami, dengan istri, dengan anak, dengan tetangga, dengan masyarakat, dengan rakyat kecil, bahkan dengan penganut agama lain. “Hablumminannaas inilah indikator penting apakah hablumminallah kita sudah sesuai dengan aturan. Tidak mungkin hablumminallah kita baik jika kita hobi berdebat di masjid membidahkan sesama umat Islam”. Menjadi kesempatan bagi kita untuk terus memperbaiki diri, memperbaiki ibadah, memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Habluminallah wa habluminannas,” paparnya.. Dia mengungkapkan, tidak sedikit dari kita yang merasakan Ramadan tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Habluminannas dan Habluminallah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Habluminannas dimaknai secara bahasa artinya hubungan dengan manusia sedangkan Habluminallah artinya hubungan dengan pokok manusia beragama adalah penyerahan diri. Ia menyerahkan diri kepada sesuatu yang Maha Ghaib lagi Maha Agung. Ia tunduk lagi patuh dengan rasa hormat dan khidmat. Ia berdo'a, bersembahyang, dan berpuasa sebagai hubungan vertikal habluminallah dan ia juga berbuat segala sesuatu kebaikan untuk kepentingan sesama umat manusia habluminannas, karena ia percaya bahwa semua itu diperintahkan oleh Zat Yang Maha Ghaib serta Zat Yang Maha Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal radhiyallahu anhuma, dari Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam beliau bersabda, Bertakwalah kepada Allah dimana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan keburukan. Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia. HR. At-Tirmidzi, dan dia berkata Hadits Hasan Shahih. Baca juga Gus Baha Berpikir Positif, Ingatlah Nikmat Allah, Jangan Ingat Musibah agar Beruntung Sebagaimana firman Allah yang artinya "Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim". QS. Ali Imran 102Hadits di atas mengandung 3 wasiat Nabi yang sangat penting, yakni wasiat tentang hubungan secara vertikal manusia kepada Allah habluminallah dan hubungan secara horizontal sesama manusia habluminannas.1. Perintah Bertakwa kepada Allah Dimanapun BeradaTakwa yang diperintahkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak mengenal tempat. Bertakwalah di mana pun berada, baik saat sunyi sendirian terlebih lagi ketika berada di tengah keramaian. Inilah sebenar-benarnya takwa dan merupakan takwa yang paling berat. Di antara sikap taqwa adalah menjaga hubungan baik sesama manusia, karena syariat memerintahkan menjalin habluminallah wa habluminannas. Tentu sebaliknya adalah sikap tidak baik, manakala muslimin berbuat keributan dan meresahkan orang juga Hanya Terfokus pada AllahAllah berfirmanضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ "Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali agama Allah dan tali perjanjian dengan manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas." QS. Ali Imran 112.2. Tidak Menunda Melakukan Amal SholehSebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallamShalat 5 waktu, dari Jumat ke Jumat selanjutnya, serta Ramadhan ke Ramadhan adalah sebagai penghapus dosa di antara waktu itu, selama menjauhi dosa-dosa besar. HR. Muslim No. 233.Karena hanya dosa kecil saja yang terhapuskan oleh perbuatan baik, maka ketika seseorang terjerumus dalam dosa dan maksiat wajib baginya untuk segera bertaubat, melakukan amal shalih dan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatannya juga Ketentuan Allah yang Menguji Iman3. Memiliki Akhlak MuliaWasiat yang terakhir yaitu perintah untuk memiliki akhlak yang mulia dalam hubungan sesama manusia. Contoh yang paling mudah dalam berakhlak mulia yaitu senyuman yang diiringi wajah yang berseri ketika bertemu dengan orang lain dan bertegur karenanya Rasulullah mengkaitkan antara akhlak mulia dengan iman yang sempurna. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya. HR. At-Tirmidzi No. 2612, ia berkata Hadits Shahih.Bahkan dalam hadits yang lain disebutkan bahwa pada hari kiamat orang yang paling dekat dengan Rasulullah yaitu yang paling bagus akhlaknya. Tidak hanya itu, dengan memiliki akhlak mulia, maka akan dicintai oleh manusia yang lainnya terlebih Tags; Habluminannas dan Habluminallah. 1 2 3 Lihat Filsafat Selengkapnya
MenurutHelen, produk Nathso telah mengantongi izin BPOM, sertifikasi halal MUI dan ISO. Dia pun berharap, Nathso bisa membantu wanita menjadi lebih sehat, menjadi terbaik, dan menjadi berkat untuk keluarga maupun peran lain yang dimiliki. "Wanita berperan sebagai tonggak dan manpower dalam keseharian keluarga untuk memenuhi kebutuhan suami dan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Memahami arti habluminallah habluminannas, baik dari definisi, contoh, hingga dalilnyaDalam agama Islam, hubungan baik tidak cukup hanya dengan Allah, namun harus juga diimbangi hubungan baik dengan manusia. Agar mendapatkan ridho Allah dalam hidup, oleh karenanya, manusia dianjurkan untuk menerapkan habluminallah habluminannas dalam hidup. Lantas, apa arti arti habluminallah habluminannas?Arti Habluminallah Seorang umat Muslim Banglades tengah membaca kitab suci Al Quran di sebuah masjid di saat bulan suci Ramadhan.AP Photo Habluminallah secara arti merupakan hubungan seorang hamba dengan Allah. Contoh habluminallah adalah sebuah perilaku yang senantiasa untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi Habluminannas Contoh habluminanas ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna Habluminannas merupakan hubungan manusia dengan sesama manusia. Contoh habluminanas adalah menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, seperti menjaga tali silaturahmi serta saling peduli kepada sesama manusia. Baik habluminallah habluminannas, keduanya perlu dipahami sesama muslim, agar hidup berjalan seimbang antara kehidupan dengan sang pencipta dan juga dengan sesama HabluminallahPedoman habluminallah tertuang dalam Al-Quran surat Ad-Dzuriat ayat 56 yang berisi"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." Qs. Ad-Dzuriat 56.Dalil HabluminananasSedangkan, dalil habluminnas tertuang dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 36 "Sembahlah Allah SWT dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri." QS. An-Nisa Ayat 36.Itulah penjelasan mengenai arti habluminallah habluminannas, contoh, beserta dalilnya. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Bacajuga: Ummi Pipik Salam 2 Jari Dukung Prabowo, Kaitkan 'Habluminallah-Habluminannas' (pus/tia) presiden pilihan artis ummi pipik pipik dian irawati prabowo prabowo subianto sandiaga uno. 0 komentar. BAGIKAN URL telah disalin. Berita Terkait. Roy Citayam Minta Beasiswa Dialihkan ke Adik, Ini Kata Sandiaga Uno Permintaan Roy Citayam ke
Kalau dimaknakan secara bahasa, hablum minallah itu adalah hubungan dengan Allah dan hablum minan-nas adalah hubungan dengan manusia. Akan tetapi dalam pengertian istilah syari’ah maknanya adalah sebagai berikut 1. Hablum minallah , maknanya ialah perjanjian dari Allah. Yaitu masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka di dunia dan akherat. Atau tunduk kepada pemerintahan Muslimin dengan jaminan dari pemerintah itu sebagaimana yang diatur oleh Syari’ah dalam perkara hak dan kewajiban orang kafir dzimmi yaitu orang kafir yang menjadi warga negara Islam untuk mendapatkan jaminan perlindungan hak-haknya sebagai manusia di dalam kehidupan dunia saja, dan mendapat ancaman adzab di akhirat. Lihat Tafsir At-Thabari , Tafsir Al-Baghawi , dan Tafsir Ibnu Katsir tentang pengertian surat Ali Imran 112. 2. Hablum minan-nas , maknanya ialah perjanjian dari kaum Mukminin dalam bentuk jaminan keamanan bagi orang kafir dzimmi dengan membayar upeti bagi kaum Mukminin melalui pemerintahnya untuk hidup sebagai warga negara Islam dari kalangan minoritas non Muslim. Atau dengan bahasa lain ialah dalam berinteraksi dengan sesama manusia, maka jaminan yang bisa dipercaya hanyalah dari kaum Muslimin yang dibimbing oleh Syari’at Allah Ta’ala. Dengan demikian, akhlaqul karimah dibangun di atas kerangka hubungan dengan Allah melalui perjanjian yang diatur dalam Syari’at-Nya berkenaan dengan kewajiban menunaikan hak-hak Allah Ta’ala dan juga kerangka hubungan dengan sesama manusia melalui kewajiban menunaikan hak-hak sesama manusia baik yang muslim maupun yang kafir. Dari kerangka inilah kemudian diuraikan kriteria akhlaqul karimah . Hak-hak Allah itu ialah mentauhidkan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain-Nya. Yaitu menunaikan tauhidullah dan menjauhi syirik , mentaati Rasul-Nya dan menjauhi bid’ah yakni penyimpangan dari ajarannya. Dan inilah sesungguhnya prinsip utama bagi akhlaqul karimah , yang kemudian dari prinsip ini akhlaq Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dipuji dan disanjung oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya “Dan sesungguhnya engkau hai Muhammad di atas akhlaq yang agung.” Al-Qalam 4 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menerangkan tentang ayat ini “Dan adapun akhlaq yang agung yang Allah terangkan bahwa ia itu ada pada Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam , pengertiannya adalah pengamalan segenap ajaran agama ini, yaitu segenap apa yang Allah perintahkan dengan mutlak.” Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah jilid ke 10 halaman 658. Dalam pengertian yang demikian inilah akhlaq Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam sebagai penafsiran yang sah bagi ajaran Allah yang ada di dalam Al-Qur’an, sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Aisyah Ummul Mu’minin radliyallahu `anha “Akhlaq Rasulullah itu adalah Al-Qur’an.” HR. Muslim . Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Muflih Al-Maqdisi rahimahullah dalam kitabnya Al-Aadaab Asy-Syar’iyyah menerangkan tentang pengertian daripada pernyataan A’isyah ini sebagai berikut “Maksudnya ialah, bahwa beliau berpegang dengan adab-adab yang diajarkan oleh Al-Qur’an, dan segenap perintah yang ada padanya dan juga segenap larangannya, juga berpegang dengan apa yang dikandunginya dari kemuliaan akhlaq dan kebaikan perangai serta kelembutan.” Al-Aadaab Asy-Syar’iyyah , jilid ke dua hal. 194. Bahkan Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam menyatakan “Sesungguhnya seorang Mu’min itu akan bisa mencapai derajat amalan puasa dan shalat malam dengan memiliki akhlaq yang baik.” HR. Abu Dawud dalam Sunan nya, Kitabul Adab bab Fi Husnil Khuluq hadits ke 4798 dari A’isyah radliyallahu `anha . Al-`Allamah Abit Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al-Adhim Abadi rahimahullah dalam kitabnya Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abi Dawud menerangkan makna hadits tersebut di atas “Orang Mu’min yang mempunyai akhlaq yang baik diberi keutamaan yang besar seperti ini, karena memang orang yang puasa dan orang yang shalat malam adalah orang-orang yang berjihad melawan hawa nafsunya. Demikian pula orang yang akhlaqnya baik terhadap manusia, walaupun kenyataannya manusia itu beraneka ragam tabiatnya juga tingkah laku mereka yang berbeda-beda satu dengan lainnya, maka dengan tetap dia berakhlaq yang baik kepada semua mereka itu, berarti dia harus berjihad melawan berbagai hawa nafsu dari banyak orang itu. Sehingga dengan demikian, Mu’min yang berakhlaq seperti ini mencapai keutamaan seperti yang dicapai oleh orang yang banyak puasa sunnah dan selalu menunaikan shalat malam. Kedudukannya sederajat dengan mereka, bahkan kadang-kadang derajatnya lebih tinggi.” Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abi Dawud juz 13 halaman 154. Juga Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam menegaskan tentang keutamaan orang Mu’min yang mempunyai akhlaq yang mulia dalam sabda beliau sebagai berikut “Sesungguhnya orang yang terbaik dari kalangan kalian adalah yang paling baik akhlaqnya.” HR. Bukhari dalam Shahih nya Kitabul Adab bab Husnul Khuluq was Sakha’ wa Maa Yukrahu Minal Bukhli hadits ke 6035 dari Abdullah bin Amr, lihat Fathul Bari juz 10 hal. 456. TONTON VIDEO INI Afdhol kambing Apa Sapi Untuk Berqurban Pada Saat Idul Adha Amalan 10 Hari Sebelum Menjelang Idul Adha Cara meruqiah diri sendiri secara sariah

Karena Rasul itu yang memperkenalkan kita pada Allah," kata pria kelahiran Oregon, Amerika Serikat ini. Mustafa menambahkan puasa juga berperan dalam mengasah ibadah, baik habluminallah maupun habluminannas. Menurutnya, jangan sampai seseorang hanya mengurusi habluminallah saja dan melupakan habluminannas.

Setiap ibadah yang diperintahkan Allah adalah untuk meningkatkan hubungan vertikal dan horizontal secara seimbang. Hubungan vertikal yaitu hubungan kita kepada Allah Hablumminallah, sedangkan hubungan horizontal adalah hubungan kita kepada sesama makhluk Allah Hablumminannas. Islam bukanlah agama yang memerintahkan untuk hanya beribadah saja kepada Allah tanpa memikirkan kehidupan dunia, begitu pun sebaliknya tidak juga hanya mengejar kehidupan dunia saja. Tetapi setiap ibadah itu harus seimbang antara dunia dan akhirat. Sholat diawali dengan takbiratul ihrom dan diakhiri dengan salam yang mendo’akan seluruh makhluk yang ada dibumi ini. Artinya dalam bacaan sholat pun ada hubungan antara Allah dan sesama manusia. Begitu pun dengan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Puasa merupakan ibadah yang penilaiannya langsung oleh Allah. Ikhlas tidaknya seseorang melakukan ibadah puasa hanya Allah yang tahu. setelah satu bulan berpuasa yang merupakan meningkatkan hubungan kita dengan Allah, maka di akhir bulan Ramadhan sebelum shalat idul fitri kita diwajibkan untuk melaksanakan zakat fitrah yang merupakan peningkatan hubungan kita kepada sesama manusia. Ada satu kisah di zaman Rasulullah yaitu ada seorang kepala keluarga yang meninggalkan istri dan anaknya untuk pergi ke suatu tempat yang jauh dari keramaian agar dapat beribadah dengan khusuk kepada Allah, sedangkan istri dan anak-anaknya dititipkan kepada saudaranya yang kaya raya. semua biaya kehidupan anak dan istrinya ditanggung oleh saudaranya itu. berita tersebut sampai pada Rasulullah sehingga Rasulullah mendatangi orang tersebut dan menegurnya. Rasul mengatakan bahwa jika seandainya orang tersebut meninggal maka sesungguhnya yang akan masuk ke surga terlebih dahulu adalah saudaranya tersebut karena telah menafkahi istri dan anak orang tersebut yang seharusnya menjadi kewajiban orang tersebut. Sudah jelas bahwa dalam kisah tersebut Rasul melarang hanya mengejar kehidupan akhirat atau dunia saja. semuanya harus seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat. Seorang Ibu dari 2 putra. ingin menjadi orang yang bermanfaat utk umat. Lihat semua pos dari sintariah Navigasi pos

Ilmu Kekayaan yang Melindungi Kita. By Lisa Aviatun Nahar 7 months ago. Rasulullah s.a.w tertegun, tak yakin dengan apa yang dilihatnya. Suatu wujud yang belum pernah beliau lihat seumur hidupnya, kini ada di hadapannya. Ia bersuara, berkata, “Iqro! Bacalah!”. Sosok itu memerintahkan Rasulullah s.a.w untuk membaca.
Oleh Newisha Alifa AGAKNYA, hari ini kita semua perlu melek sedikit tentang urgensi Habluminannas dalam kehidupan bermasyarakat. Ibadah gak melulu perkara sholat, shaum, zakat, haji dan hal-hal yang sifatnya ritual’. Apapun yang kita lakukan sepanjang diniatkan untuk mencari Ridho Allah, mengikuti aturan-aturannya, In Syaa Allah akan bernilai ibadah juga. Seringkali kita terlampau sibuk dengan berbagai aktivitas ibadah kita. Tilawah sehari bisa lima juz. Sholat sunnah, diborong semua. Shaum senin kamis jalan terus. Sedekah pol-polan. Ehhh, giliran sama tetangga kok pelit? Giliran disuruh matiin asep rokok aja, harus melotot dulu. Giliran di angkot, diminta geser dikit aja langsung manyun. Giliran urunan buat teman kerja yang sakit, susahnya minta ampun. Ketika bersuara, yang keluar kata-kata menyakitkan. Sekalinya diam, ngambek, ngeliatin orang yang dianggapnya gak sealim dia dengan mata sinis merendahkan. Astaghfirullah… Astaghfirullah… Astaghfirullah… Lantas, Apa kabar akhlaq? Ketika ditegur, diabaikan. Toh yang menegur, dianggap tidak sepadan dengannya. Ehh pas diomongon di belakang, langsung nyari dalil tentang bahaya ghibah dan pentingnya menjaga harga diri sesama muslim. Padahal boleh jadi, orang bersikap demikian karena kita gagal menjaga sikap. Kita terlalu angkuh, merasa dengan semua amal ibadah kita yang extra itu, lantas bisa petantang-petenteng merendahkan orang lain. Luput dari ingatan kita, bagaimana Rasulullah Saw tetap berdiri ketika ada jenazah seorang Yahudi yang lewat di hadapan Beliau. Sebagai tanda Rasulullah Saw memanusiakan manusia’ siapapun dia. Dunia ini sudah terlalu banyak manusia-manusia egois, Dunia ini sudah penuh dengan kebencian dan dendam … Janganlah kita menambah populasi manusia-manusia seperti itu. Ramahlah terhadap orang lain. Peka terhadap keperluan orang lain. Jaga perasan satu sama lain. Tak peduli, siapapun dia. Kastanya apa? Karena kita tidak pernah tahu suatu saat ketika musibah menyapa kita, siapa yang Allah kirimkan untuk jadi penolong kita. Karena kita tidak pernah tahu, mungkin musibah datang dari do’a-do’a orang yang tanpa sengaja, telah kita aniaya. Atau sebaliknya, berbagai berkah dalam hidup kita berawal dari do’a orang-orang yang terkesan dengan perangai kita yang baik dan ramah. []
Katamutiara habluminallah habluminannas. Makna Habluminallah Dan Habluminannas. Apapun yang kita lakukan sepanjang diniatkan untuk mencari Ridho Allah mengikuti aturan-aturannya In Syaa Allah akan bernilai ibadah juga. Artinya meski kita hidup di dunia hanya sementara dan kehidupan di dunia hanyalah jembatan menuju kehidupan akhirat yang kekal

Ilustrasi mengamalkan Hablum Minallah. Foto FreepikDalam menjalani kehidupan, seorang Muslim harus memperhatikan hablum minallah, hablum minannas, dan hablum minal 'alam. Tiga perkara ini bernilai ibadah dan merupakan misi kehidupan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Selain itu, tiga kategori tersebut juga harus diamalkan secara seimbang, meskipun pada hakikatnya hablum minannas dan hablum minal alam memiliki tujuan vertikal, yakni mendapat ridha Allah SWT. Agar lebih paham, simak penjelasan lengkapnya berikut ini Hablum MinallahHablum minallah adalah bagaimana manusia berhubungan dengan Sang Pencipta dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi larangannya. Makna hablum minallah dalam tafsir At-Thabari, Al-Baghawi, dan tafsir Ibnu Katsir adalah "Perjanjian dari Allah, maksudnya adalah masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka di dunia dan di akhirat". Ilustrasi sholat. Foto FreepikHablum minallah dilaksanakan dengan ubudiyah atau ibadah. Hidup manusia di dunia pada hakikatnya adalah hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Allah berfirman, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Qs. Ad-Dzuriat 56.Menurut Imam Ghazali, ubudiyah terdiri dari tiga hal, yakni Menunaikan perintah syariatRela dengan ketentuan dan takdir serta pembagian rezeki dari Allah SWTMeninggalkan kehendak nafsunya untuk mencari keridhaan Allah MinannasJika hablum minallah dikenal sebagai kesalehan individu atau ibadah mahdhah, hablum minannas merupakan kesalehan sosial atau ibadah ghair mahdhah. Sebab hablum minannas adalah konsep di mana manusia menjaga hubungan baik dengan manusia lainnya. Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial. Allah SWT menekankan hal ini dalam surat Al Hujurat ayat 13 yang artinya “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Ilustrasi berjabat tangan. Foto FreepikDalam ayat tersebut, Allah SWT mengingatkan bahwa keberagaman merupakan suatu keniscayaan, namun umat manusia diperintahkan untuk saling mengenal dan berbuat baik kepada sesama. Ini juga ditekankan dalam surat An-Nisa ayat 36 yang berbunyi “Sembahlah Allah SWT dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” QS. An-Nisa Ayat 36. Hablum Minal 'AlamArti hablum minal alam adalah hubungan manusia dengan alam. Selain ditugaskan untuk beribadah dan menjaga persaudaraan, manusia juga diberi tugas untuk memakmurkan bumi. Allah SWT bahkan secara tegas mengancam manusia yang berbuat kerusakan di muka bumi. "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” Ar Rum41.Sebagian ciri dari perusak bumi yaitu mereka yang bersikap sombong, mengingkari adanya Tuhan, merusak tanaman, membunuh binatang ternak, mencemari lingkungan, dan lain sebagainya. Al-Baqarah ayat 11, 12, 205 serta At-taubah ayat 47.

ABSTRAKSkripsi ini dengan judul “Penanaman Nila-Nilai Keagamaan dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual pada Peserta Didik di MTs Negeri 5 Kediri” yang ditulis oleh Nurlaila NIM: 12201173101, Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung dengan dosen pembimbing Bapak Dr. Moh
SementaraPohon Janadaru berasal dari kata jana dan daru. Jana berarti manusia, dari berarti cahaya, sehingga Janadaru dapat diartikan sebagai cahaya kemanusiaan. Pohon Janadaru letaknya di sisi timur bersisian dengan Pasar Beringharjo dalam sumbu filosofis. Pohon ini bermakna hubungan antara manusia dengan manusia atau habluminannas. iaaHd.
  • cytbaf66ge.pages.dev/557
  • cytbaf66ge.pages.dev/904
  • cytbaf66ge.pages.dev/274
  • cytbaf66ge.pages.dev/363
  • cytbaf66ge.pages.dev/595
  • cytbaf66ge.pages.dev/933
  • cytbaf66ge.pages.dev/75
  • cytbaf66ge.pages.dev/96
  • cytbaf66ge.pages.dev/878
  • cytbaf66ge.pages.dev/866
  • cytbaf66ge.pages.dev/938
  • cytbaf66ge.pages.dev/159
  • cytbaf66ge.pages.dev/657
  • cytbaf66ge.pages.dev/398
  • cytbaf66ge.pages.dev/914
  • kata mutiara habluminallah habluminannas